Sabtu, 11 Agustus 2012

Sunshine City Lights Lyrics


It’s taking us downtown,
You’re watching me, watching me, watching me go.
But I never listen,
No I never let you move.

Now we’re headed uptown,
Is their something that you wanted to say,
Cause I need to go now,
Do you want me to stay?
I said a stay-e-ay-e-ay-e-ay-ay-ay.

Mmm.

What you need, to know, is you tried, let it go, let it go.
What you need to find, is someone who will never let you go.
Noooo, and sunshine and city lights, will guide you home,
And noooo, yeah you gotta know, that I’ll never let you go.

Mmm.

Now we’re stuck in midtown,
Surrounded by people and nothing but sound,
And we’re going nowhere,
We are the lost and found.

We’re all over this town, is there something that you wanted to say?
Cause I need to go now, do you want me to stay?
I said a stay-e-ay-e-ay-e-ay-ay-ay.

Mmm.

What you need, to know, is you tried, let it go, let it go.
What you need to find, is someone who will never let you go.
Noooo, and sunshine and city lights, will guide you home,
And noooo, yeah you gotta know, that I’ll never let you go.

Sunshine and City Lights, ooooh
Sunshine and City Lights, mhm

What you need, to know, is you tried, let it go, let it go.
What you need to find, is someone who will never let you go.

What you need, to know, is you tried, let it go, let it go.
What you need to find, is someone who will never let you go.

Noooo, and sunshine and city lights, will guide you home,
And noooo, yeah you gotta know, that I’ll never let you go.”

Credit to greysonsguyenchancer on tumblr.
--------------------------


Selasa, 26 Juni 2012

#JonasShopIndoWithGMCIndoQuiz





“Bangkai Indah yang Membingkai Hatiku”
Greyson Short Story
Made by @Rismafebst

*GREYSON’S POV*

February 11th 2010: After football match

            “Greyson!” Sebuah suara memanggilku. Ah yah, tentu saja suara itu milik Lauren, mantan terindahku yang berambut pirang itu. Walau aku akui aku masih ada rasa dengannya. Tapi kurasa apa yang ada diantara kami telah usai. Yah, aku sih berharap tidak.
            “Hey, what’s up La?” Tanyaku ketika gadis yang masih belum bisa membuatku move on itu tepat berada di depanku.
            “Lihat deh. You should join this competition. Corbin and I would love to join this thing.” Jawab Lala. Oh yah, tentu saja, Corbin Metz, Lauren’s new boyfriend. And sadly, my best friend. How can it get worse?
            Tapi akhirnya aku melihat pamflet itu. “Show Your Talent Competition. Tunjukan bakatmu yang menakjubkan, it can be anything, tanpa terkecuali. Hmmm, sounds great. Count me in.” Kataku pada akhirnya.

^^^

March 1st 2010: The Show Your Talent Competition

            “Ladies and gentlemen, this is all of talented boys and girls from our Oklahoma City!” Suara dari presenter itu menggelegar. “We have Anne Folten! Barbara Santana! Rafflesia Cheyenne! …” Para kontestan diperkenalkan satu per satu. “… Corbin Metz! … Lauren Westphalen! … Greyson Chance! …”
            “We have a quarantine system in here. Laki-laki dan perempuan akan bersaing secara terpisah sampai terdapat Fantastic Four Contestant yang bertahan.Dua laki-laki dan dua perempuan. After that, we will choose two teams by lottery. A guy with a girl…” Aturan kompetisi ini dibacakan. Huh, belum apa-apa aku sudah malas mendengarkannya.

^^^

March 3rd 2010 – April 18th 2010: Compete by quarantine system

            Persaingan di dalam karantina terus bergejolak. Tetapi luckily, aku masih bisa bertahan.  Sungguh, aku sangat berterima kasih kepada teman seperjuanganku, piano. Keajaiban adalah saat aku dengan piano dan Corbin dengan dance-nya berhasil mendapat tempat dalam Fantastic Four. Dan aku dengar Lauren juga mendapatnya bersama… mereka memanggilnya si bangkai._.

^^^

April 20th 2010: Team with Mysterious Rafflesia

            “Greyson Michael Chance with Rafflesia Edelweis Cheyenne.” Hasil undian itu. I think it feels awkward to be teamed with stranger-_- And with a freak name one. No idea, really.
            Raffles, gadis seumuran denganku. Aku tahu dari Lala, Rafflesia diambil dari nama Rafflesia Arnoldi yang merupakan nama species dari ‘bunga bangkai’. Sungguh, aku tidak mengerti jalan pikiran orang tuanya saat memberikan anak mereka nama. Nama adalah doa, bukan?
            Tetapi aku juga heran dengan mereka yang hanya memperhatikan kata ‘Rafflesia’ saja. Padahal nama tengahnya adalah Edelweis yang merupakan bunga terindah yang pernah aku lihat. Apakah semua manusia harus memiliki perspektif negatif yang lebih menonjol? Kebanyakan dari manusia, jarang sekali memiliki perspektif yang positif. Why are we always selfish?
            Tetapi tak tahu kenapa ia bisa membuat hatiku tersentuh everytime they called her ‘bunga bangke’ atau ‘bunga bangkai’. Dia hanya menundukkan wajah ataupun mengacuhkan mereka. Tapi entah bagaimana caranya aku tahu ia menahan marah, bukannya lemah. Apakah aku sudah bisa membaca mata seseorang tanpa pernah berbicara dengannya? Entahlah.
            Namanya memang agak, upss maaf, sangat aneh. Tetapi cewek british ini lumayan menarik dan juga… misterius. Mata birunya yang sebening laut itu bersinar saat ia memainkan drum-nya diatas stage. Tetapi mata itu terlalu suram saat dibelakang stage. Mysterious, I know. Rambut brunette-nya membentuk wave yang sempurna saat ia bermain drum. Tingginya yang hampir sama denganku. Aku tahu yang ada di dalam pikiran kalian, cantik bukan?
            Yah, semoga saja aku tabah untuk satu team dengannya.
            Aku menarik napas dan membuka challenge team yang pertama, Hiking. God, hope this would be nice.

^^^

April 28th 2010: Hiking Challenge

            “Rafflesia Edelweis Cheyenne? Rafflesia Arnoldi?” Sapaku ketika kedua team harus bersiap-siap bersama. Catat! Bersama. Cewek itu hanya bergumam tidak jelas. See? I regret to start a conversation with her. “Excuse me, but I asked you.” Tambahku sedikit menahan emosi.
            “You asked me what? Lo kan udah tau nama gue yang menurut semua orang disini ‘aneh’, banget malah, I thought. Terus?” Jawabnya tanpa sama sekali ada rasa ramah. But finally, I’ve been officially talked to her, okelah aku mencoba untuk sabar.
            “Hey, why we must start a friendship with this things? We’re a team, aren’t we?” Tanyaku.
            Dia terdiam cukup lama, hingga sepatah kata keluar dari mulutnya, “Call me Raffles or Cheyenne.” Yeay, got it!
            “Yep, Cheyenne. Nice to know you.” Aku tersenyum. Dan tak disangka senyum itu terbalas oleh sepasang bibir pink mungil itu.
            “Nice to know you too, Chance.” She whispers.

***

            “Ladies and gentlemen, boys and girls, all the contestant, let the challenge begin.” Suara itu membuka tantangan itu.
            Aku memutar badanku dan mengulurkan tanganku. “How about holding hand, Chey? In there, will be so much cold, yaknow.”. Apa aku daydreaming? Karena Raffles membalas uluran tanganku dan menggenggamnya erat. Feels like a dream. But a good, no! a best one;).
            “Chance?” Raffles memanggilku ditengah perjalanan. Aku menatapnya. “Thanks.” Gumamnya.
            “For what?” Tanyaku.
            “For being my friend. No one but you in this competition wants to be friend with me. Even your ex and your best friend.” Jawabnya sambil menundukkan wajah.
            “What’s wrong with you, Chey?” Tanyaku bingung. Tapi tak kunjung mendapat balasan. Aku memegang dagunya dan mengangkatnya sehingga memaksanya menatapku.
            “I’m… some kind of trouble maker. And fyi, my last best friend died because of me. He wante…” Aku bisa melihat air mata di pelupuk matanya. Aku memeluknya dan memberikan tanda untuk melanjutkan dan semacam isyarat dari ‘you’ll be fine with me’. “He wanted to safe me from a big truck, but… but…” Isakannya semakin besar dan aku merasakan air hangat di daguku. Aku mengisyaratkannya untuk berhenti. Tentu aku bisa menebak apa kelanjutannya.
            “Cheyenne, why I don’t want to be friend of you just because of that? Kematian itu ada di tangan Tuhan, sweetie. It wasn’t your fault. It was destiny. Dan sekarang, aku memelukmu, itu juga takdir.” Aku merasakan guncangan di tubuhku. Raffles tertawa! Because of me!
            “Let’s go, Greys.” Kata-katanya tenggelam dalam pelukanku. Tapi aku masih mendengarnya dengan jelas.

***

            Aku merasakan tangan Raffles semakin mengerat dalam gendonganku. “Chey?” Tapi aku tak mendapatkan balasan apapun, bahkan gumaman sekalipun. Aku memutuskan untuk menurunkannya dan…
            Hidung Raffles berdarah! Seketika kepanikan menjalari saraf-saraf di tubuhku! “Chey! Kamu kenapa?!” Teriakku tanpa sadar.
            “Hah? Oh! Nope Greys, I’m just tired. Can we take a rest for a couple of minutes?” Jawabnya lemah.
            “Are you sure? Of courseJ” Jawabku.
            “Hmmm, Greys? Can I borrow your shoulder?” Tanya Raffles tiba-tiba. Mimpi apa aku semalam?
            “Sure!” Jawabku. “Hmmm, Chey? Can I hug you?” Tanyaku perlahan. Dan sebagai jawabannya Raffles menarik tanganku dan mengalungkannya disekitar tubuhnya.
            “Sure. Imma little bit cold in here.” Sudut bibirnya terangkat keatas. Senyuman itu.
            “Tapi, aku gak percaya kalau kamu itu cuma kecapean. Pasti ada alasan yang kuat kan?” I whisper.
            “Janji jangan ketawa yah?” Tanyanya. Aku membalas dengan gumaman tanda setuju. Tapi entahlah aku akan menepatinya apa tidak. “Aku phobia ketinggian._.” Lanjutnya. Kemudian kusambut dengan gelak tawa.
            “Najis ish malah ketawa-_-“ Komentarnya.
            “Why don’t you tell me? We can’t going up again.” Kataku disela-sela gelak tawaku.
            “Why?” Tanyanya bingung.
            “Because I won’t hurt you, Cheyenne.” Jawabku halus.

***

            “Baby, you’ll be famous.Chase you down until you love me. Paparazzi.” Ipodku melantunkan lagu dan memainkan videoku saat meng-cover salah satu idolaku itu.
            “Nice voice. What are you doing, Greys?” Suara itu datang dari sudut ruangan. Tepatnya dari kasur tempat gadis itu tertidur. Tapi sekarang ia sudah terbangun.
            “Hey, udah baikan?” Sapaku lembut dan menghampirinya.
            “Yep, because of you, Greys.” Senyumnya lemah. Aku memainkan rambutnya. “Hey, I want to know whatya doin’?” Lanjutnya.
            “Watching this video.” Aku menunjukan Ipodku kepadanya.
            Vokalnya yang luar biasa, kuat tapi indah, penuh tenaga tapi keren, bersemangat tapi menghanyutkan, jelas tapi menghipnotis. Jari-jarinya menari-nari diatas tuts-tuts hitam putih itu. Hal yang cukup membuat breath-taking selama 3 menit 38 detik.
            “Put it on YouTube! I’m serious! Baby, you’ll be famous! Not just in here! But in this world! Trust me! I’ve been enchanted for awhile you know! So, everybody will!” Ucapnya semangat.
            “Great idea! I willJ. But wait, Are you enchanted? Really?” Kataku.
            “Hmmmm, no, I think. I’m not enchanted. But I’m enchancers for you, Greyson Chance.” Jawabnya. Lalu aku mencium keningnya dan terlelap. Menyambut mimpi indahku malam ini.

^^^

April 29th 2010: Goodbye or See you………?

            “Aku didiskualifikasi Greys. Can’t you get it? I can’t fight this, no more.” Kata-kata itu berputar hebat dibenakku. Sekelilingku, koper, terminal kedatangan, perpisahan, pertemuan, semua menghambur jadi satu. Secepat inikah?
            “Tapi kenapa kamu bisa didiskualifasi? I don’t get it, Chey.” Bantahku. Sebisa mungkin menahan kepergiannya.
            “You don’t have to get it. I’m just done until here.” Katanya. Taxi yang akan dipesan pihak Raffles telah datang. “So, goodbye or see you?” Tanyanya ragu.
            “See you, my Cheyenne.” Jawabku mantap. But still, letting go is never been easy for me. But my last word, can we meet each other again?

^^^

May 12th 2010: The Ellen DeGeneres Show

            Semua berlalu cepat seperti mimpi. I’m like living in the dream. Hari-hariku tanpa Raffles. Gadis yang aku baru sadar, telah membuatku jatuh cinta. Telah membuatku melupakan Lala. Membuat sudut pandangku menjadi lebih baik. Memang sangat sebentar waktu kami untuk bersama. Tapi itu cukup membuatnya sangat berarti untukku.
            Aku ingin sukses. Seperti apa yang pernah Raffles katakan.

^^^

A year later…
April 20th 2011: Back to Oklahoma

            Setahun terakhir ini merupakan tahun yang benar-benar telah merubah hidupku. Aku tahu advantages dan disadvantages menjadi seorang pabrik figur. Tapi percayalah, aku telah siap.
            Bahkan sekarang aku telah memiliki fans. Hal yang bahkan tak pernah aku bayangkan sebelumnya. Aku senang memanggil mereka Greysonators, dan terlebih lagi… Enchancers. ‘I’m Enchancers for you, Greyson Chance.’ Gadis itu…

Meeting Her Again, Please?

            My only wish, for now. Can it be comes true? I wish.

^^^

Day by Day: Searching Her

            Aku merasa begitu bodoh. Sungguh. Seandainya dulu, aku meminta contact-nya. Sekarang, aku tidak bisa pergi kemana-mana tanpa menyamar. Percayalah, itu suatu hambatan untuk mencari seseorang.

^^^

April 26th 2011: The result

            Late at night, I’m feeling so damn tired. But I don’t want a rest! Because finally! I got her address!. Rasanya seperti menemukan oasis di tengah-tengah gurun pasir yang gersang dan tandus.

^^^

April 27th 2011: Meeting her?

            Aku mendatangi rumah minimalis yang bergaya mediterania itu. Selera yang bagus, kupikir.
            “Excuse me, can I meet Rafflesia Edelweis Cheyenne?” Tanyaku kepada satpam yang berjenggot mirip Albus Dumbledore dalam novel kesayanganku, Harry Potter.
            “Maaf, mas siapa yah?” Tanyanya balik.
            “Saya Chance. Temennya Raffles pak.” Jawabku polos.
            Jawaban selanjutnya membuat duniaku seakan runtuh, oke ini lebay._.V
            “How can?” Tanyaku.
            “Gagal ginjal mas. But don’t worry, Ms. Raffles will go home ASAP. She’s fineJ.” Jawaban satpam keterunan Albus dalam dunia nyata itu.
            “Boleh saya tahu, which Hospital?” Tanyaku.

^^^

April 28th 2011: Meeting Her, after a year.

            Pertemuan yang tidak seperti apa yang dibayangkan, this moment is kind of that. Aku membuka salah satu pintu ruangan di gedung yang paling aku benci, hospital.
            I hate being in here. There’s something like people sick, die, cry, hope, letting something, got something. I hate here as same as I hate to be in airpoirt. Tempat-tempat perpisahan.
            Pintu itu begitu dingin. Mungkin, mencerminkan kekejaman gedung ini. Tetapi apa yang aku lihat di dalam lebih dingin lagi.
            “Chey?” Panggilku pelan.
            “Owh, kenapa gue terus denger suara lo sih-_- lama-lama gue pindah ke rumah sakit jiwa nih.”
            Aku tersenyum atas fakta yang satu itu. “Aku sungguh disini Chey.” I whisper in her ear.
            Raffles memutar kepalanya dan dengan cepat aku mencium keningnya. Seperti yang telah aku perkirakan, sepasang sudut bibir yang melengkung manis keatas menyambutku. Aku membalasnya dengan pelukan. Dengan senyum yang tak bisa ku hapus dari wajahku.
            “Greys! I miss you so much!” Pekik Raffles.
            “Remember this day?” Tanyaku yang masih memeluk Raffles.
            “April 28th. Greyson Day. The Hiking Challenge Day. The Day I officially talk to you. The Day you uploaded Paparazzi Video. The best day of the year.” Jawabnya panjang lebar.
            “Good girl” Ucapku yang melepas pelukan dan menatap mata Raffles. Tanganku memegang pipinya yang dingin, mencoba mentransformasikan kehangatan dari hatiku kepadanya. “Why you are in this creepy building?” tanyaku lembut.
            Raffles terkekeh, “This creepy building called Hospital. I know you knew. But that was passing away. I’m going out from here tomorrow. Everything gonna be allright.” Jawabnya.
            “G-hos-T-pital!” Teriakku. Dan lagi-lagi disamput oleh suara renyah gelak tawa milik Raffles. “Hey, apa kamu tahu aku sudah memiliki fans?” Lanjutku.
            “Enchancers and Greysonators? Tell me something I don’t know about you.” Jawabnya sotoy.
            Aku mencubit pipi Raffles main-main. “Do you want some ice cream?” Tawarku.
            “I’m too stupid to ignore ice cream!” teriaknya seperti anak kecil.
            “But I just have a cone. Mau makan bareng?” Tanyaku.
            “Kamu gak rabies kan?” Tanyanya balik.
            “Kind of, I think.” Jawabku bercanda dan langsung memakan ice cream.
            “I want it, too!” Protes Raffles yang merebut ice cream dari tanganku. Jadilah, siang itu penuh dengan ice cream.
            “By the way, you used to call me Chance. But why now, you call me Greys?” Tanyaku disela-sela acara ice cream party kami.
            “Because I’ve called all of strangers with their last name. And when I get to know you, I know, you’re not the one of them. You have some meaning for me, fyi.” Jawab Raffles santai. Tapi bagiku kata-kata itu layaknya sebuah celah untuk membuka pintu hatinya.

***

*RAFFLES’S POV*

            Di depanku terdapat sesosok lelaki yang memakai jas hitam. Rambutnya yang sewarna dengan matanya. Bibirnya yang mempesona tersenyum kepadaku. Dalam sebuah altar putih yang indah. Pesonanya menyihirku. Greyson itu indah.
            Usapan lembut di puncak kepalaku membawaku kembali ke realita yang ada, seketika langsung membuang ilusiku. Membangunkanku dari mimpi indahku itu.
            Tapi saat aku tahu orang yang tadi aku mimpikanlah yang telah membangunkanku, aku bersumpah bahwa aku sangat bersyukur.
            “Chey, you should take your medicines.” Katanya lembut. Aku mengangguk lemah. Sebenarnya masih seperti di dalam mimpi. Masih mengumpulkan sepotong demi sepotong nyawaku yang tadi pergi entah kemana. Nyawa… nyawa… back to momma!!!
            “Greys, I’m bored.” Kataku setelah selesai meminum obatku. Sejujurnya, sepersekian detik aku baru sadar, jam sudah menunjukkan pukul 11.11 pm.
            “How about we’re playing something?” Usul Greyson. Aku merasakan sebuah tangan melingkar disekitar leherku. Memberikan sentruman aneh kepada sarafku…
            “Main apa bang?” Tanyaku berusaha melawan detak jantungku yang sedang mengadakan konser akbar.
            “Bang? Bangke maksudnya?-_-.” Gumam Greyson pelan. Tapi, yap, aku bisa mendengarnya dengan jelas.
            “Kurang ajar-_-“ Oke, kalo aku gak mau main gimana?” Balasku sambil memukul Greyson main-main.
            “Yah yah yah, jangan marah dong Chey.” Ucap greyson dengan muka puppy face-nya. Oke, ingin rasanya aku menamparnya. Kenapa ia bisa begitu menggemaskan dan mempesona dalam setiap waktu sekaligus?. “Hey, how about playing card? I bought that!” Lanjutnya.
            “Sounds cool! Come on! Main cangkulan aje ye” Setujuku bersemangat. Lalu Greyson melepas pelukannya. Feels like something missing in me. Don’t know why.
            Greyson membagi-bagikan kartu remi yang bergambar… BARBIE?!. Wadafak?
            “You haven’t told me you love Barbie.” Tuduhku langsung. Sebenarnya aku sangat ingin sekali untuk tertawa.
            Greyson hanya menampakkan wajah innocent tanpa rasa malu-nya. Lalu aku menyemburkan tawaku yang sudah diujung jalan itu.
            “Stop laughing, bangke. Let’s playing!” Potongnya.
            2 kartu wajik, 3 kartu tempe, 2 kartu kiting. Aku melihat kartuku. Tak ada heart-_-“. Dan sialnya kartu pertama itu heart-_-.
            “Yang nyocok alay ish. Masa aku gak punya heart!” Gerutuku yang sudah siap mencangkul kartu di bandar.
            Tetapi sebuah tangan lembut tapi kuat menahan pergelangan tanganku. Aku melihat tangan itu. It’s Greyson’s. Aku mendongak dan langsung tepat menatap sepasang sleepy eyes itu. Tatapan yang mampu, well, membuatku meleleh.
            Greyson memberikan sebuah kartu. Merah. Heart. Queen. Queen Heart!
            Aku menatapnya bingung.
            “Take this. You said you didn’t have heart card, did you?. So, here’s my Queen Heart card. For ya, Chey.” Kata Greyson seakan membalas tatapan bingungku.
            “But, how can? In rule and re-” Ucapanku terpotong oleh jari telunjuk Greyson yang menempel pada bibirku. Memberikanku sengatan listrik lagi, lagi, dan lagi.
            “Because you’re the Queen of my Heart, Cheyenne” Aku merasa lebih meleleh dari besi yang meleleh pada suhu 100o C yang merupakan sebuah titik leleh.
            Kejadian selanjutnya amat sangat tidak pernah aku bayangkan.
            Apakah hanya perasaanku saja bahwa tatapan greyson menjadi lebih lembut, lebih… menghanyutkan. Aku juga merasa jarak diantara kami semakin dekat. Jantungku kembali berpacu melebihi batas normal lagi, lagi, dan lagi. Greyson melepas jari telunjuknya dari bibirku. Tapi segera tergantikan oleh bibir basahnya yang melumat bibirku. Perlahan, lembut, manis, dan misterius.
            Seketika tulangku menghilang entah kemana. Tetapi tangan kuat Greyson sedia di sekelilingku. Memelukku erat. Menopangku dari keluluhlantahan diriku dalam dekapan hangatnya.
            Perlahan, aku terhanyut kedalam euforia yang Greyson buat. Aku mengalungkan tanganku di sekitar lehernya. Mendekapnya. Dan membalas ciumannya dengan gairah yang sama.
            Aku merasakan Greyson tersenyum dalam ciuman itu. Dan akupun ikut tersenyum. Bahagia, itulah yang aku rasakan.

***

*GREYSON’S POV*

            Black Kiss. Ciuman yang misterius tapi manis. Ciuman yang tertutup tapi lembut. Ciuman yang hitam tapi hangat. Ciuman yang misterius dan indah.
            Aku merasakan suhu hangat dari tubuh Raffles. Mataku melirik jam dinding, 11.59 pm. Sudah waktunya Raffles istirahat. Aku melepas black kiss itu perlahan-lahan.
            Aku tersenyum. Sungguh, ciuman yang indah. “You should be sleep darl” Ucapku.
            “I’ll have a nice dream tonight” Balas Raffles yang sudah mengambil posisi tidur.
            “But I wanna talk with you, first.” Tahanku, tersenyum nakal.
            “Woo, what kind of smile that?. Okay, talk about what?” Tanyanya.
            “You and me. Us. And you haven’t answer my question” Jawabku.
            “What question? You don’t even ask me a ques-” Kata-kata terpotong saat aku menyodorkan kartu Queen Heart tadi.
            “Would you like?” Tanyaku memberanikan diri. Kalau bukan sekarang kapan lagi bukan? I don’t wanna regret.
            Aku tersenyum saat melihat Raffles speechless saat menyadari arti tersirat dari pertanyaanku itu. Pernyataan yang bisa membawanya menjadi milikku, dan aku menjadi miliknya.
            Raffles memelukku. Aku tentu sudah tahu jawaban dari Raffles. She’s mine, and I’m hers now.
            Aku melihat air mata pada pelupuk matanya, aku mencium sudut matanya untuk menghapusnya.
            “And baby, before you fall asleep, I want to fall for you first.” Ucapku sebelum malaikat mimpi mendatangiku.

^^^

April 29th 2011

            Aku terbangun dengan tempat tidur yang kosong. Otakku belum sepenuhnya bekerja. Irisan-irisan nyawaku masih berkeliaran entah kemana. Nyawa… nyawa… back to daddy?!
            Kemana Raffles pagi-pagi seperti ini?. Bukankah pacarku ini harus bersiap-siap untuk meninggalkan g-hos-t-pital ini?.
            Aku melangkah gontai keluar kamar. Sebuah kereta dorong mayat melintas di depanku. Sejuta kemungkinan bernyanyi-nyanyi di benakku. Kemana CHEYENNE-KU?
            Tetapi semua itu hilang ketika aku melihat sosok Raffles yang sedang duduk manis di lantai di sampingku.
            “Chey? Baby? Good morning!” Panggilku.
            Raffles menoleh kepadaku. Tersenyum manis. Sangat menawan. “Good morning, babe! How’s your sleep?”
            “Best dream ever. Cause now, you’re mine! How about you, sweetheart?.” Jawabku berbunga-bunga.
            “After the kiss? And the night when you fallen for me? Incredible!” Balasnya.
            “Ready for get out from this ghostpital?” Tanyaku lembut.
            Tiba-tiba air mata Raffles pecah. “I… I’m… I’m al… I’m already get out from here, my Greys.”
“How can?” Tanyaku bingung.
“Thanks for everything. Our love is the only precious thing that I bought to my final rest. Love you, Greyson Michael Chance.” Tangan Raffles menunjuk kepada kereta dorong mayat yang tadi melintas di depanku.
Aku membuka selimut yang menyelimuti sosok mayat itu. Dan bertapa kagetnya aku mengetahui bahwa yang berada di sana adalah CHEYENNE-KU!.
            Aku menoleh kebelakang tempat tadi Raffles berada. Hanya untuk memastikan ia masih berada di sana. Tetapi tidak. Ia tidak ada di sana.
            Sekarang, sosok tubuh Rafflesia Edelweis Cheyenne-ku tersenyum lemah di hadapanku. Pandanganku kabur. Rasanya seakan aku telah tertusuk 11 bilah pedang tepat di jantungku. Kenapa??

Good bye or see you………?

            “Dok, jelasin apa yang terjadi?” Aku menerobos masuk ke dalam ruangan itu.
            “We did our best. Tetapi kondisinya sangat down. Kami juga tidak tahu mengapa. Kondisinya sungguh baik kemarin. Tetapi hari ini ia telah meregang nyawa.” Jawabnya.
            Aku sangat ingin membantahnya, tetapi aku tidak bisa…

***

            “Greyson!” Alexa, Tanner, Lauren dan Corbin mendatangiku.
            “Greys, keep patient. We all here for you, bro.” Said Tanner. Tetapi aku butuh waktu untuk sendiri.
            Aku memutuskan untuk melihat Raffles sekali lagi…
            Aku mengelus rambutnya. Kulitnya terasa sedingin es. Padahal kemarin, kulit ini begitu hangat dan… hidup. Aku tak kuasa untuk menahan air mataku agar tidak kembali keluar.
            “I will always love you. You’re always live in my heart. Even just yesterday, you were mine. You’re always be mine. Yesterday, forever and always.” Ucapku sebelum mencium bibirnya untuk yang terakhir. Ciuman itu dingin. Dan Unresponsed.
            “Could you wake up?” Tanyaku lemah. “Could you?” Tangisanku semakin deras, suaraku semakin meninggi. “RAFFLESIA EDELWEIS CHEYENNE?!” Tanpa sadar aku berteriak. “WHY ARE YOU LEAVING ME ALONE?!” Teriakanku semakin tak terkendali. Aku menggoyang-goyangkan jasad Raffles, usaha terakhirku untuk membuatnya sadar.
            Alexa berhambur masuk dan menahanku, “YOU MUST LET HER GO, GREYS!” Teriakannya menyadarkanku.
            I admit that, I must let her go… But I just can’t…

^^^

April 20th 2012: Asian Tour in Indonesia

            Karirku semakin menanjak. Aku melihat antusiasme para enchancers. Aku merasa sangat beruntung memiliki mereka. Aku juga merasa beruntung memiliki seseorang yang mencetuskan kata enchancers itu…
            Aku tidak perduli mereka semua mengira aku belum move on dari Lauren. Sesungguhnya masih ada satu gadis lagi di hatiku, sampai sekarang. Dan 8 hari lagi, Greyson Day yang aku jalani tanpa ‘dia’. Jangan kalian kira aku tidak merasa bersalah tidak membuka rahasia ini. Aku hanya merasa tidak dapat berbagi Rafflesia Edelweis Cheyenne dengan siapapun.

^^^

‘Butuh waktu satu detik untuk jatuh cinta dengannya. Butuh waktu satu hari untuk mengenalnya. Butuh waktu satu tahun untuk bertemu dengannya lagi. Tetapi butuh waktu sepanjang hidup untuk melupakannya. Rafflesia Edelweis Cheyenne. Putri Bangkaiku yang telah pergi. Meninggalkanku. Bangkai Indah yang telah membingkai hatiku.”

^^^

            “Come away with me, it’s gonna be allright. You’ll see. You’ll see. Come away with me.” Bait-bait terakhir lagu Summertime yang ku lantunkan pada konser malam ini. Selanjutnya, laguku untuk Rafflesia Edelweis Cheyenne, Cheyenne.
            Jariku menarikan tarian rindu diatas tuts-tuts hitam putih pianoku, “Woouo… Woouo… Woouo… Woouo… Wo… Woouo… Woouo… Wooou… Wooouo… Wo… Cheyenneeeeeeeee”

---
THE END
---

Thanks for reading! Wish me all the luck, Echond!, Greys!, Ecen!, Kesempatan anak laki-laki abu-abu!
Much love,
RismaJ


http://www.twitter.com/Rismafebst


Sabtu, 16 Juni 2012

#GMCIndoQuiz


Enchancers jangan lupa yaaa, tanggal 1-7 Juli 2012 kita bakal ngadain quiz :)
Karena anniv kita nanti special banget! Tanggal 7 Bulan 7 Anniv kita yang ke 7, Total hadiahnya nyampe 21 stuff lohhh! Siapa yang ga sabar? >o<
Kalau kalian udah ga sabar cepet penuhin syarat-syarat ini yaaa :)


A. Wajib Follow @GreysonMCIndo & Shop-shop yang jadi sponsor quiz anniv kita yang ke 7 bulan ini, yaitu:
1. @TakeTwoShopID
2. @SneakPeekStuff
3. @jakartastuff
4. @ND_Store
5. @varsityjaket
6. @StarHouseID
7. @PrinssyFanSH
8. @fava_merchshop
9. @TriangleID
10. @ID_Merchandise
11. @Cavish_Store
12. @SwagArmyShop
13. @REDcraveID
14. @bieberified 


*Kalau belum follow shop-shop nya kalian ga bisa ikut quiznya yaaa :)


B . Like Fanpage Kita http://www.facebook.com/pages/GreysonMCIndo/118322754949482
Jadwal Quiznya:


Tanggal 1 Juli 2012
- Wristband (SneakPeekStuff)
-  Bullet Neckle (TriangleID)


Tanggal 2 Juli 2012
- Totebag (PrinssyFanSH)
- Wristband (SneakPeekStuff)


Tanggal 3 Juli 2012
- Wristband (TriangleID)
- Binder (SwagArmyshop)


Tanggal 4 Juli 2012
- Wristband (fava_merchandise)
- Opi Mini Nail Polish (bieberified) 

Tanggal  5 Juli 2012
- Wristband (REDcraveID) 
- Opi Mini Nail Polish (bieberified) 
- Wristband (SneakPeekStuff) 

Tanggal 6 Juli 2012
- Wristband (SneakPeekStuff)
- Wristband (TakeTwoShopID)
- Kaos (StarHouseID)  


Tanggal 7 Juli 2012
- Notebook (TakeTwoShopID)
- Mug (fava_merchandise) 
- Jam Dinding (ID_Merchandise)
- Kaos (Cavish_Store) 
- Cropped Tee (ND_Store)
- Cropped Tee (jakartastuff)
- Varsity (varsityjaket)


Yang sudah follow semua sponsornya bisa mention '@GreysonMCIndo followed [hastag] #GMCIndoQuiz' :)